Monday, October 13, 2008

Kebergantungan Manusia

Satu hal dalam seminggu kemarin yang menjadi issue hangat dalam kepala, yaitu kebergantungan manusia terhadap sesamanya. Hal ini kemudian menjadi sangat mengganggu apabila kebergantungan tersebut adalah kebergantungan seseorang terhadap pasangannya.

Menurut aku, ada hal dimana tidak seharusnya kita harus melakukan suatu hal sendiri tanpa harus bergantung terhadap orang lain. Dan dalam seminggu ini aku melihat betapa hebat rasa kebergantungan itu mempengaruhi diri kita. Ada beberapa kisah yang kemudian menyadarkan aku bahwa hal tersebut sangat tidak baik bagi diri kita. Dan salah satunya adalah yang dibawah ini.

Pasangan cowo cewe yang sebenarnya bisa dibilang cukup serasi, apabila dilihat dari luar. Namun ternyata banyak hal dari sisi si cowo yang kurang baik. Si cowo yang berumur lebih tua 3 tahun berperilaku sangat tidak bertanggung jawab terhadap si cewe, semisalnya selama dia berpacaran tidak terlihat keinginan untuk mempunyai karir yang serius dan kebanyakan waktu nya dihabiskan di rumah. Apa yang terjadi? Hampir semua kebutuhan hidupnya dibiayai oleh si cewe, padahal si cewe pun masih berstatus mahasiswi. Sehingga kesulitan finansial pun sering dialami si cewe apalagi kalau si cowo sedang mempunyai keinginan untuk dating di luar terus atau membeli sesuatu.

Contoh lain si cowo yang tidak mempunyai kesibukan tersebut selalu menelepon si cewe pada saat dimana orang-orang beristirahat. Tidak peduli apakah besok hari nya si cewe ada presentasi atau ujian, dia tetap menelepon hingga dia merasa cukup (yah kurang lebih 2 - 3 jam lah). Bahkan pada saat keesokan harinya si cewe sidang pun, dia tak peduli dan malah marah karena si cewe minta waktu untuk istirahat. Perlu diketahui si cowo ini tidak kuliah setelah selesai menjalani pendidikan SMA nya, sehingga terkadang sangat terlihat bodoh apabila menyangkut kehidupan perkuliahan. Bahkan untuk berteman dan bergaul dengan teman-teman kuliahnya saja, si cewe harus sembunyi-sembunyi dari si cowo.

Yang paling parah adalah kebiasaan buruk si cowo pada saat emosi tinggi, yaitu bersikap kasar dan suka memaki terhadap si cewe. Kata makian tidak hanya ditujukan kepada si cewe tapi juga berlanjut hingga memaki keluarga si cewe. Bisa dibayangkan betapa tertekannya si cewe. Beberapa kali si cewe meminta putus, namun si cowo mengancam akan bunuh diri dan menyakiti teman-teman cewenya. Akhirnya luluh lagi hati si cewe.

Untungnya akhirnya si cewe bisa melepaskan diri dari si cowo, dia berhasil menguatkan dirinya dengan segenap tenaga untuk mengambil sikap. Bantuan dari teman-teman terdekat juga mmbantunya menguatkan diri. Di sini sisi aneh nya, dari tadi aku terlihat menjelek"an si cowo terus menerus, ternyata si cewe pun ternyata mendapat sisi negatif dari hubungannya yang berlangsung kurang lebih 4 tahun. Ternyata si cewe tidak bisa hidup tanpa mempunyai pasangan. Dia ingin segera mempunyai pacar baru dan terlihat sangat tersiksa dengan status nya sekarang. Mungkin karena dia sudah terbiasa dengan sikap protektif dari si cowo sehingga merasa ada yang hilang. Jomblo bukanlah status yang diinginkan oleh si cewe dan dia pun masuk ke dalam kategori stres pada saat ini. Dan untuk si cowo, sudah pasti dia sekarang juga stres karena kehilangan si cewe. Kehilangan dalam bentuk wujud maupun finansial. Stres? sudah pasti di alaminya.

Nah, dari cerita di atas bisa dilihat betapa besar kebergantungan manusia terhadap pasangannya? Sungguh tidak baik apabila kita sangat bergantung pada pasangan, apalagi belum menjadi suami istri. Lihat lah ternyata tidak ada segi positifnya apabila kita melakukan hal itu. Yah kisah ini membuat saya tercengang terhadap fakta bahwa manusia itu bisa sangat menjadi bergantung terhadap yang lain apabila dia sendiri yang menciptakan kondisi tersebut dan sebenarnya tidak sadar akan hal yang sedang diperbuatnya. Semoga kisah diatas ini mungkin bisa dijadikan renungan dan contoh bagi kita yang mungkin sekarang sedang untuk berhenti mulai dari sekarang. Juga untuk kita yang belum pernah melakukan hal ini, jangan pernah berniat untuk melakukannya.

2 comments:

vampire_cute said...

hmm...berdasarkan kisah tadi yg lo tulis dil...sebenernya sih gw rada miris secara gw nih termasuk kaum feminist yang sangat mementingkan nasib kaum perempuan.Gw sangat prihatin sama c cewe yang sudah di abuse secara materi,verbal,dan bahkan fisik.Tapi kalo kekerasan tersebut telah berakibat fatal terhadap pola pikir c cewe yg ikutan lebay kayak c cowo,kok jadinya ini seperti lingkaran setan yg gak pernah ada ujungnya,dengan kata lain yg terinfeksi akan menulari yg normal.(tau kan maksudnya)...^_^jadi solusinya adalah meluruskan pola pikir si cewe yg udah rusak karena tuh cowok bahwa..sendiri dulu after putus itu bukan salah satu tanda kalo kiamat sudah deket tapi lebih kepada,menunggu,menemukan,dan membangun hubungan yg lebih sehat dan berkualitas tentunya dengan pria yg lebih baik.
-Devi lovina maren-

diLLa said...

yep.
emg hal" itu yg perlu kita lakukan terhadap cewe" yang punya masalah yg sama.

anw, buat yang baca, percaya lah ini kisah nyata. bukan novel ato karangan aku sndr. :D